CERPEN HOROR "AKU MELIHATNYA (LAGI)
AKU MELIHATNYA (LAGI)
“Adit kamu yang jaga
yaaa” seru Reno temanku.
Waktu itu kami sedang
bermain petak umpet pada sore hari di halaman belakang gedung kosong. Sekarang
giliran aku yang jaga, semua teman-temanku sudah siap akan tempat
persembunyiannya. Mereka selalu memilih tempat yang jauh dari tempat penjaga,
maka dari itu si penjaga kadatang kewalahan untuk mencari mereka. Tak beberapa
lama kemudian aku melihat seorang perempuan berpakaian putih sedang duduk di
balik semak-semak dengan rambut terurai panjang. Waktu itu aku mengira dia
adalah Wati temanku yang sedang bersembunyi. Namun, ketika aku dekati dia lebih
dekat kulihat rambutnya yang berantakan dari belakang. Aku semakin curiga siapa
dia.
“Kamu siapa?” tanyaku
dengan suara lirih. Sosok itu tak mau membalikkan badannya juga. Akhirnya aku
berniat untuk melihat muka nya. Ketika aku melihat mukanya, entah kenapa aku
langsung lari ngibrit dengan seribu bayangan entah kemana tujuan ku berlari
yang penting jauh dari gedung itu. Aku berlari sambil berteriak
sekencang-kencangnya. Ketika aku berlari semua teman-temanku yang sedang
bersembunyi mereka menampakkan dirinya masing-masing dan memanggil-manggil
namaku. Tapi aku tak peduli, yang aku pikirkan hanya berlari menjauh dari
tempat tersebut.
Tak terasa aku sudah
berlari begitu jauh, sangat jauh mungkin sudah sampai amerika. Karena sudah
begitu jauh aku lari, aku mencoba beristirahat di salah satu pos kampling di
tempat tersebut. Ku atur terlebih dahulu nafas ku yang sedari tadi sepertinya
hampir kehabisan nafas. Jantungku berdetak begitu cepat, lebih cepat dibanding
ketika bertemu dengan si doi. Rasa lelahku sepertinya sudah sedikit hilang, aku
mulai beranjak pulang menuju rumah karena hari sudah semakin larut. Ketika aku
berjalan menuju rumah, aku baru sadar jika jalan kerumahku harus melewati kebun
pohon pisang milik Pak Anas. Konon katanya kebun tersebut angker, banyak
sosok-sosok astral yang bermunculan. Aku bingung. Aku tak tau harus bagaimana.
Akhirnya ku pasrahkan semuanya kepada sang maha kuasa.
Aku melewati jalan
tersebut dengan begitu tenang dan berdoa semoga tidak ada dedemit-- yang
mengangguku. Tapi ketika aku sedang berjalan dengan tenang tiba-tiba aku
teringat akan wajah sosok perempuan di belakang gedung tadi sore. Wajahnya
rusak, penuh darah matanya hitam bibirnya miring sungguh menakutkan. Bayangan
itu terus menghantui perjalananku hingga akhirnya lagi-lagi aku melihat sosok
bayangan putih berada di salah satu pohon pisang milih Pak Anas. Akupun
langsung mempercepat langkahku, pandangan aku arahkan ke bawah. Tapi, tiba-tiba
di depanku. Tsahh! Bayangan putih melayang di depanku. Aku semakin merinding.
Di jalan tersebut kanan kiri ku adalah persawahan. Rumah penduduk masih jauh disana,
sedangkan kebun pohon pisang Pak Anas begitu panjang.
Tak ada kendaraan atau
satu orang pun yang berlalu lalang di tempat tersebut. Tak seperti biasanya
yang selalu ramai. Lampu pijar yang biasa menerangi jalanan kini sedang
mengalami kerusakan sehingga membuat jalan tersebut semakin mencekam. Aku
langsung mempercepat langkahku lagi, namun ternyata tiba-tiba terdengar suara
tangisan perempuan dari kebun pak Anas. Aku menghentikan langkahku. Aku melihat
sekelilingku, sepi tak ada siapa-siapa. Namun, suara itu masih saja terdengar
begitu jelas. Sungguh mengapa perjalanan menuju rumah kali ini begitu lama?
“Siapa disana?”
tanyaku memberanikan diri.
Suara tersebut makin lama makin keras saja. Aku
yang mendengarnya merindingku semakin menjadi-jadi. Akhirnya, ku putuskan untuk
melanjutkan langkahku lagi.
“Drtttt... Drrttt...”
suara ponsel ku bergetar.
Aku langsung mengambil ponselku di dalam saku
celanaku dan berhenti melangkah sebentar untuk membaca message tersebut. Nomor
tak dikenal. Dan isi pesannya pun aneh.
“aku
memperhatikanmu sekarang”
Keringat dingin mulai bercucuran sekarang. Kaki ku
mulai bergetar begitu cepat. Tanganku kaku. Mataku tak henti-hentinya
memandangi keadaan sekitar. Ketika mataku menuju arah belakang, aku melihat
sosok perempuan sendirian berjalan begitu pelan dari arah jauh. Mataku yang
sedikit minus tak bisa melihat dengan jelas itu manusia atau bukan. Aku dengan
beraninya menunggu perempuan itu mendekat. Lama. Iya, dia berjalan begitu
lambat. Aku penasaran siapa dia. Sosok perempuan berbaju putih rambut panjang
terurai dengan membawa payung yang ia buka pada malam hari begini.
Namun,
karena begitu lama sosok tersebut bejalan akhirnya aku berniat untuk melanjukan
langkahku lagi tapi ketika aku baru melangkah satu langkah seseorang menepuk
pundak kananku dengan begitu keras. Jantungku berdegup begitu kencang, bibir
tak bisa berkata apa-apa, kaki dan tanganku bergetar, keringat dingin mulai
bercucuran membasahi dahiku. Dengan begitu pelan aku berusaha membalikkan
badanku dan ternyata! Aku melihatnya! Aku melihatnya lagi. Sosok perempuan
dengan wajah rusak yang ada digedung kosong. Sosok itu terus menatapku,
akhirnya kita saling menatap.
Kaki ku tak bisa ku gerakan bibirku tak bisa
mengucap kata-kata, dengan perlahan aku mencoba melangkah mundur dan disertai
niat ilmu seribu bayangan aku langsung lari ngibrit lagi hingga rumahku pun aku
lewati entah aku lari tanpa tujuan menghindar dari sosok perempuan tersebut.
Menurutku melihat sosok perempuan tersebut lebih menakutkan dibanding melihat guru
killer dikelas.
Komentar
Posting Komentar