CERPEN "KETIKA MAMA PUNYA FACEBOOK"


          Facebook— social media ini sangat begitu terkenal dan banyak orang mempunyainya. Berkomunikasi selain menggunakan ponsel ataupun bertemu secara face to face kini dapat dengan menggunakan social media. Namun, pengguna social media satu ini kebanyak anak-anak muda. Bahkan anak berumur 5 tahun pun ia sudah mempunyai facebook sungguh teknologi internet sekarang memang benar-benar sudah menghipnotis kesemua kalangan masyrakat. Biasanya bagi orang yang pintar berbisnis ia menggunakan akun socmed— ini untuk mempromosikan bisnisnya. Namun berbeda bagi orang-orang yang termasuk kriteria anak baru gede atau ABG— kebanyakan mereka menggunakan socmed ini untuk menuliskan curahan hati nya atau bahkan kejadian yang mereka alami pada waktu itu juga. Padahal ini social media bukan buku diary— ada juga yang memanfaatkan socmed ini untuk ajang pencarian jodoh. Sungguh betapa banyaknya kegunaan socmed yang satu ini.

          Aku, remaja perempuan berumur 17 tahun yang masih duduk dibangku sekolah mengenah atas disebuah kota kecil. Aku juga termasuk salah satu anak remaja yang begitu akrab dengan social media. Terutama Facebook. Aku selalu mencurahkan isi hatiku di facebook ini. Tak perduli orang-orang berkata apa. Kadang ada orang yang kesal karena aku menulis status begitu banyak sampai-sampai ia mengancam diriku ia akan menemuiku dan memberikan ku bom nuklir tepat didepanku. Sungguh keterlaluan. Ada juga yang simpati dan perhatian atas statusku dan ia selalu memberiku semangat. Dan kadang ada juga yang tanpa izin dariku ia meng-copy paste statusku. Itu termasuk pelanggaran hak cipta. Tetapi, untunglah tak ada anggota keluarga ku yang mempunyai facebook. Jadi, aku dapat sepuasnya mencurahkan isi hatiku tanpa mereka tahu. Walapun banyak orang-orang dunia maya yang tahu curahan hatiku tapi mungkin itu tak masalah bagiku. Waktu itu aku sedang terkena patah hati yang begitu hebat. Aku telah di berikan harapan palsu oleh sahabat dekatku. Dia selalu perhatian, memberikan janji-janji dan sebagainya namun ternyata ia tiba-tiba pergi menjahui diriku. Ia bertingkah seperti tak mengenal ku lagi. Saking kesalnya aku meluapkan isi hatiku di facebook. Banyak orang yang mengomentari statusku. Banyak orang yang tahu aku sedang terkena PHP—tidak dengan ayah,ibu, dan adekku. Syukurlah.

          Sampai suatu hari ketika aku sedang asik melahap sarapan pagiku, mama tiba-tiba bertanya kepadaku.

“Kakak, facebook itu apasi?” tanya mama yang sedang sibuk mencuci piring

Aku tersedak. Segera ku ambil minum dan menegaknya dengan cepat.

“Apa ma? Facebook?”tanyaku

“Iya. Anak-anak jaman sekarang kok banyak yang ngomongin itu ya. Kemarin pas mama ke mall banyak anak yang foto-foto gitu terus dia bilang “nanti aku upload di facebook” kenapa kalau foto harus di masukin ke situ? Seharusnya kan lebih baik disimpan saja di ponsel atau di cetak lebih baik juga kak” kata mama

“Oh itu haha gatau tuh mah biasalah anak jaman sekarang” kataku tertawa kecil (dalam hati)—aku juga gitu kok mah suka upload di facebook aku anakmu merasa tersindir ma—jengjeng!

Mama hanya terdiam ia sibuk dengan piring-piring yang ia cuci. Aku sudah selesai sarapan. “Aku berangkat dulu ma” pamitku.

          Disekolah, ketika aku sedang berjalan menuju kelas aku melihat seorang laki-laki yang begitu tampan. Matanya yang bening, wajahnya yang putih, hidungnya yang mancung, gaya rambut yang ia modelkan seperti boyband korea membuatku terpesona melihatnya. Aku berpapasan dengannya.  Ia sempat memandangku walaupun hanya beberapa detik. Namun pandangannya begitu tajam. Ketika semampainya dikelas aku masih terbayang wajah laki-laki itu langsung saja ku tulis status di facebook.

“Persis seperti boyband korea! Dari mulai matanya, hidungnya, wajahnya, gaya rambutnya!”

Mungkin itu kesannya alay tapi itu cukup membuatku senang. Hahaha.

Ketika jam istirahat tiba, aku sempatkan untuk berkunjung ke perpustakaan. Dan tak sengaja ketika aku sedang mencari novel terbaru aku melihat kembali sosok laki-laki tampan tersebut. Kali ini akan tak ku biarkan kesempatan ini. Aku pelan-pelan mendekatinya, berpura-pura membaca novel berada di sampingnya dan perlahan-lahan aku melirik-lirik name tag yang tertera di seragamnya. “Ang..ga.. ANGGA! Ya!” seruku dalam hati. Setelah ku tahu namanya aku langsung melirik buku pelajaran yang ia bawa, mencoba melihat tulisan kelasnnya. “IPA 2!” seruku dalam hati lagi. Misi selesai! Aku langsung menjauh dari dia menaruh novel yang ku baca dan langsung keluar menuju kelas. Aku menulis status lagi.

“Nama dan kelas sudah kudapatkan! Okeh! Hari ini memang hari keberuntunganku”

Jam pulang pun tiba, aku segera mengayuh sepedaku menuju rumah. Ketika sampai rumah aku tak sempat untuk berganti baju terlebih dahulu namun, aku langsung duduk di kursi keluarga sambil membuka ponsel. Facebook. Iya itu yang aku buka. Ketika aku cek, ada pemberitahuan permintaan pertemanan aku sangat penasaran siapa dia jika ia orang asing akan aku remove. Tapi ternyata ketika ku buka, deg! Mama Jelita.

Nama itu! itu mama saya. aku bingung harus meremove atau menkonfirmasi. Jika ku konfirmasi pasti mama tahu jika anak nya sedang galau lah sedang jatuh cinta lah sedang itulah. Tapi jika aku remove? Nanti bisa-bisa aku di cap sebagai anak durhaka yang tidak mau mengakui ibunya busetdah— ketika mama punya facebook disaat moment itulah dimana saya seorang anak bingung akan bagaimana menanggapinya. Ketika aku sedang kebingungan tiba-tiba suara mama mengagetkanku. “Sudah kamu terima kak?” tanya nya dengan nada keras berjalan dari dalam kamar menghampiriku.

“Apa nya ma?” aku pasang muka bingung sekaligus seperti terasa terancam

“facebook. Mama tadi pagi habis membuat facebook. Mama dibuatkan sama teman mama.”

Aku cuma bisa menelan ludah. Ini benar-benar momen yang menegangkan. Lebih menegangkan dibanding acara uji nyali di tipi.

“Ayo cepat terima” katanya

Akhirnya aku putuskan untuk mengklik ‘konfirmasi’.

“Sudah tuh mah” kata ku memperlihatkan bukti konfirmasi kepada mama.

Waktu itu juga mama mengeluarkan ponselnya, lalu mengotak atik ponselnya. 
Mama seperti orang bingung.

“Mama lagi ngapain?” tanyaku

“Mama bingung nih”

“Bingung? Kenapa?” tanyaku penasaran.



“Ini cara buka facebook gimana ya kak?” tanyanya disertai ekspresi muka polos tanpa berdosa mungkin si mama sambil menyerahkan ponselnya kepadaku. 
Aku –tepukjidat—

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN "BUDAYA BANGSA BUDAYA KITA"

CERPEN "PENGGANTI DIRINYA"

Cerpen Petikan Gitar