Cerpen – Nenek Pipit
“Cepat
tidur nak karena kita esok pagi-pagi buta akan segera meninggalkan rumah ini”
kata Ayah dari luar pintu kamarku.
Aku pun langsung membereskan
buku-buku yang sedari tadi aku baca, dan setelah itu aku langsung tidur.
Keesokkan
harinya, ku lihat ibu, ayah dan kakak sudah siap. Mereka sedang sibuk
memasukkan barang-barang ke dalam mobil. Sebenarnya aku sudah betah tinggal
disini tapi mau bagaimana lagi ayah di pindah tugaskan ke kota lain jadi kita
sekeluarga juga harus ikut. Sekolah aku pun juga begitu. Ini sudah yang ke tiga
kali nya aku pindah-pindah sekolah. Tapi aku merasakan itu semua dengan tenang,
sabar dan mengerti akan itu semua.
Selama
diperjalanan aku, Ibu dan kakak bercerita-cerita. Sedangkan ayah sibuk
mengendarai. Tak terasa kita pun akhirnya sampai di rumah baru. Ku lihat
sekeliling halaman rumah disana banyak pepohonan rindang yang tumbuh,
rerumputan yang hijau membuat suasana menjadi makin sejuk. Serta banyak
bunga-bunga nan cantik yang bermekaran
di setiap sudut halaman rumah. Aku rasa penjaga rumah ini sangat begitu rajin
merawatnya.
“Selamat siang pak burhan…” sapa
seorang kakek-kakek tua yang datang menghampiri kami. Ternyata kakek itu adalah
penjaga rumah ini. Dan kami pun dipersilahkan untuk masuk kedalam melihat-lihat
isi rumah. Ketika kita masuk ke dalam rumah itu sungguh luar biasa rumahnya
sangat bersih tidak ada satu debu pun yang menempel di setiap sudut atau
barang-barang. Tetapi, ketika aku sedang melihat-lihat isi rumah entah itu aku
berhalusinasi atau tidak aku melihat seorang nenek-nenek jalan menuju dapur.
Tanpa basa basi aku langsung menemui nya.
“Mau kemana kamu dek?” tanya kakak
ku
“Ke dapur sebentar, aku haus”
jawabku..
Ketika didapur suasana begitu sepi
tak ada seorang pun disana, yang tadinya aku hanya ingin menemui nenek itu
ternyata aku haus beneran hehe.. aku pun langsung mengambil segelas air putih
dingin. Ketika aku sedang minum, aku merasa di belakang ada yang seperti
memperhatikanku. Dengan kagetnya aku langsung membalikkan badanku. Dan hasilnya
nol. Tidak ada siapa-siapa disana. Akhirnya aku lari ngicir dari dapur ke ruang
keluarga. Disana ibu, ayah dan kakak yang melihatku begitu heran. Sedangkan
kakek tadi? Ia pergi ke halaman belakang rumah untuk mengurus rumput-rumput
yang sudah tumbuh tinggi.
“Kenapa kamu dek?” tanya kakak
“Aku lihat nenek-nenek kak didapur”
kataku
“Masa sih? Disini kakek tinggal
sama nenek juga?”tanya ibu.. aku menggeleng
Malam
harinya, kami semua kumpul di ruang keluarga. Kakak yang daritadi sedang sibuk
main gadgetnya smabil nonton tv, ibu dan ayah sedang sibuk berbincang-bincang
dan aku sibuk menggambar sambil menonton televisi. Tapi ketika itu, “Dek ambil
cemilan sana di kulkas” pinta kakak..
Ini yang aku gak suka pasti kakak
suka menyuruh-nyuruh adek yang manisnya ini.. pftt.. aku pun mengikuti perintah
kakak.
Ketika aku berjalan menuju dapur
aku melihat nenek itu lagi sedang mengiris bawang. “Nek? Nenek sedang apa? Aku
permisi mengambil cemilan di kulkas ya nek” kataku memberanikan diri. Ketika
itu juga, nenek itu membalikkan badannya dan ternyata nenek itu cantik sekali.
Dugaan ku salah. Ku kira nenek itu menyeramkan. Disitu kelihatannya nenek
sedang sedih. Akhirnya aku berbincang-bincang sebentar dengan nenek. Ternyata
nenek itu bernama nenek pipit istri dari kakek penjaga rumah ini.
Semenjak
itu, setiap hari setiap kali aku pulang sekolah aku selalu bermain dengan nenek
pipit di halaman rumah dan biasanya kita belajar memasak bersama. Karena
dirumah hanya ada aku dan nenek pipit saja. Kakak kuliah pulangnya sore, ibu ku
kerja sebagai dosen di universitas kakakku. Dan ayah sebagai manajer
perusahaan. Sampai suatu hari aku menceritakan kegiatan keseharianku ini ke
pada ibu, ayah dan kakak.
“Kamu main sama nenek-nenek?” tanya
kakak.. aku mengangguk
“Siapa nenek-nenek itu?”tanya ayah
“Katanya sih istrinya kakek penjaga
rumah ini” jawabku
“tapi ibu tidak pernah
melihatnya..”kata ibu
“Soalnya nenek pipit kesini kalau
jam 10 pagi sampai 5 sore. Jadi ibu,ayah dan kakak belum pada pulang
kerumah”jawabku.
Ketika keluargaku sedang
berbincang-bincang, kakek penjaga rumah datang.
“Eh kek silahkan masuk kek”kata
ayah
“Ada perlu apa kek?” tanya ibu
“Tidak ada yang saya perlukan kok
bu, saya kesini hanya mau mampir saja” katanya
“Kakek., kakek disini tinggal sama
nenek pipit ya?”tanya ku tiba-tiba
Ekspresi kakek itu berubah
seketika.
“Bagaimana kamu tau?” tanya nya
“Aku setiap hari bermain dengannya”
jawabku
“Apa betul nenek pipit tiap hari
kesini kek?”tanya ayah
“Sebenarnya, nenek pipit sudah lama
meninggal. Yang adek lihat itu memang nenek pipit tapi itu hanya arwahnya.”
“Jadi? Kamu main sama orang yg udah
mati dong dek? Hebat kamu deh haha” ejek kakak
“Meninggal? Jadi setiap hari nenek
pipit yang main sama aku itu?” kataku ketakutan
“Tapi, tenang kok nenek pipit baik hati. Dia yang menjaga rumah ini tiap
pagi jika kakek sedang pergi ke sawah. Tak heran jika sering kali ada orang
jahat yang mau masuk ke rumah ini tapi ketika mereka melihat sesosok
nenek-nenek di dalamnya mereka langsung kabur.” Cerita kakek
“Tapi apa sebaiknya kita adakan
pengajian saja? Supaya arwah nenek pipit tenang di alam sana” usul ayah..
“Kalau kakek sih terserah bapak
saja, yang penting nenek pipit bisa hidup tenang dialam sana.”
Akhirnya keesokkan harinya dirumah
ini kami adakan pengajian untuk mendoakan arwah nenek pipit supaya tenang di
alam sana….
Komentar
Posting Komentar